Thursday, 22 July 2010

Khas untuk tatapan suami-suami

Pinta Isteri

Kadangkala mungkin tergambar di benak fikiranmu, bahwa engkau telah salah ketika memilih diriku menjadi pasanganmu. Kadang kala ia mengganggu dalam pergaulan sehari-harimu denganku, terkadang ku takut perasaan cintamu berubah menjadi benci, limpahan kasih sayangmu menjelma menjadi kemarahan, dan ketenangan pun berubah menjadi ketegangan.
Suamiku…..

Di saat engkau masih sibuk dengan pekerjaan yang tak kunjung selesai, tak jarang aku kau abaikan. Waktu di rumah pun, kadang ku ikhlaskan demi masa depanmu. Bukankah engkau tahu aku pun mengharap perhatian darimu. Terkadang ku cari perhatian itu, namun terlihat salah dipandanganmu. Kalaulah itu terlihat salah, semoga engkau bisa melihat kebaikanku yang lain. Bukankah Allah SWT yang mempertemukan dan menyatukan hati kita berpesan, “Dan pergaulilah mereka (isterimu) dengan baik. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” [QS: An Nisa' 19]. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang kita cintai pun berpesan, “Sempurnanya iman seseorang mukmin adalah mereka yang baik akhlaknya, dan yang terbaik (pergaulannya) dengan istri-istri mereka.” Jika engkau melihat kekurangan pada diriku, ingatlah kembali pesan beliau, Jangan membenci seorang mukmin (laki-laki) pada mukminat (perempuan) jika ia tidak suka suatu kelakuannya pasti ada juga kelakuan lainnya yang ia sukai. (HR. Muslim)

Sadarkah engkau bahwa tiada manusia di dunia ini yang sempurna segalanya? Bukankah engkau tahu bahwa hanyalah Alllah yang Maha Sempurna. Tidaklah sepatutnya bila kau hanya menghitung-hitung kekurangan pasangan hidupmu, sedangkan engkau sendiri tak pernah sekalipun menghitung kekurangan dan kesalahanmu. Janganlah engkau mencari-cari selalu kesalahanku, padahal aku telah taat kepadamu.

Saat diriku rela pergi bersama dirimu, kutinggalkan orangtua dan sanak saudaraku, ku ingin engkaulah yang mengisi kekosongan hatiku. Naungilah diriku dengan kasih sayang, dan senyuman darimu. Ku ingat pula saat aku ragu memilih siapa pendampingku, ketakwaan yang terlihat dalam keseharianmu-lah yang mempesona diriku. Bukankah sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, Ali bin Abi Tholib saat ditanya oleh seorang, “Sesungguhnya aku mempunyai seorang anak perempuan, dengan siapakah sepatutnya aku nikahkan dia?” Ali r.a. pun menjawab, “Kawinkanlah dia dengan lelaki yang bertakwa kepada Allah, sebab jika laki-laki itu mencintainya maka dia akan memuliakannya, dan jika ia tidak menyukainya maka dia tidak akan menzaliminya.” Ku harap engkaulah laki-laki itu, duhai suamiku.

Saat terjadi kesalahan yang tak sengaja ku lakukan, mungkin saat itu engkau mendambakan diriku sebagai istri tanpa kekurangan dan kelemahan, sadarlah, sesungguhnya ego telah menguasai dirimu. Perbaikilah kekurangan diriku dengan lemah lembut, janganlah kasar terhadapku. Bukankah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam telah mengajarkan kepada dirimu, saat Muawiah bin Ubaidah bertanya kepada beliau tentang tanggungjawab suami terhadap istri, beliaupun menjawab, “Dia memberinya makan ketika ia makan, dan memberinya pakaian ketika dia berpakaian.” Janganlah engkau keras terhadapku, karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pun tak pernah berbuat kasar terhadap istri-istrinya.
Duhai Suamiku…

Tahukah engkau anugerah yang akan engkau terima dari Allah di akhirat kelak? Tahukah engkau pula balasan yang akan dianugerahkan kepada suami-suami yang berlaku baik terhadap istri-istri mereka? Renungkanlah bahwa, “Mereka yang berlaku adil, kelak di hari kiamat akan bertahta di singgasana yang terbuat dari cahaya. Mereka adalah orang yang berlaku adil ketika menghukum, dan adil terhadap istri-istri mereka serta orang-orang yang menjadi tanggungjawabnya.” [HR Muslim]. Kudoakan bahwa engkaulah yang kelak salah satu yang menempati singgasana tersebut, dan aku adalah permaisuri di istanamu.

Jika engkau ada waktu ajarkanlah diriku dengan ilmu yang telah Allah berikan kepadamu. Apabila engkau sibuk, maka biarkan aku menuntut ilmu, namun tak akan kulupakan tanggungjawabku, sehingga kelak diriku dapat menjadi sekolah buat putra-putrimu. Bukankah seorang ibu adalah madrasah ilmu pertama buat putra-putrinya? Semoga engkau selalu mendampingiku dalam mendidik putra-putri kita dan bertakwa kepada Allah.

Wahai Allah,
Engkau-lah saksi ikatan hati ini…
Aku telah jatuh cinta kepada lelaki pasangan hidup ku,
jadikanlah cinta ku pada suamiku ini sebagai penambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu.
Namun, kumohon pula, jagalah cintaku ini agar tidak melebihi cintaku kepada-Mu,
hingga aku tidak terjatuh pada jurang cinta yang semu,
jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling pada hati-Mu. Jika ia rindu,
jadikanlah rindu syahid di jalan-Mu lebih ia rindukan daripada kerinduannya terhadapku,
jadikan pula kerinduan terhadapku tidak melupakan kerinduannya terhadap surga-Mu.
Bila cintaku padanya telah mengalahkan cintaku kepada-Mu,
ingatkanlah diriku, jangan Engkau biarkan aku tertatih kemudian tergapai-gapai merengkuh cinta-Mu.

Ya Allah,
Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu,
telah berjumpa pada taat pada-Mu,
telah bersatu dalam dakwah pada-Mu,
telah berpadu dalam membela syariat-Mu.
Kokohkanlah ya Allah ikatannya. Kekalkanlah cintanya.
Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan nur-Mu yang tiada pernah pudar.
Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di jalan-Mu.
Amin ya rabbal alamin.

Saturday, 10 July 2010

"Sayang, Abang minta izin untuk nikah sorang lagi,"

NILAH KISAH ISTERI SOLEHAH PADA ERA MODEN, ERA AKHIR ZAMAN.. BACALAH, MOGA MENJADI QUDWAH BUAT ANDA YG INGIN MENJADI SOLEHAH
Aliyah yang sedang melipat kain, terdiam seketika. Mungkin terkedu. Adakah pendengarannya kian kabur lantaran usianya yang kian beranjak. Adakah dialog tadi hanya dilafazkan di dalam TV, sementelah TV juga dipasang. Tapi, ahh bukanlah. TV sedang menayangkan iklan Sunsilk, mustahil sudah ada siri baru iklan Sunsilk?

Dia menghela nafas panjang. Dia memandang sekali imbas wajah Asraf Mukmin, kemudian tersenyum.Meletakkan kain yang telah siap dilipat di tepi, bangun lantas menuju ke dapur. Langkahnya diatur tenang.Segelas air sejuk diteguk perlahan. Kemudian dia ke bilik Balqis, Sumayyah, Fatimah.

Rutin hariannya,mencium puteri-puterinya sebelum dia masuk tidur. Dahulu, semasa puterinya Kecil lagi, rutin itu dilakukan dengan suaminya. Kini, anak-anak kian beranjak remaja. Kemudian, dia menjenguk bilik putera bujangnya yang berdua, si kembar, Solehin dan Farihin.Pengabisannya dia kembali kepada suaminya. Asraf Mukmin hanya diam, membatu diri. Dia amat mengenali isterinya. Jodoh yang diatur keluarga hampir 16 tahun yang lepas menghadiahkan dia sebuah keluarga yang bahagia, Aliyah adalah ikon isteri solehah.

Namun, kehadiran Qistina, gadis genit yang menjawat jawatan pembantu tadbir kesetiausahaan di jabatannya benar-benar membuatkan dia lemah.

"Kau mampu Asraf, dengan gaji kau, aku rasa kau mampu untuk beri makan 2 keluarga," sokongan Hanif, teman sepejabat menguatkan lagi hujah apabila dia berdepan dengan Aliyah.

" Abang Asraf, Qis tak kisah. Qis sanggup bermadu jika itu yang ditakdirkan. Bimbinglah Qis, Qis perlukan seseorang yang mampu memimpin Qis," masih terngiang-ngiang bicara lunak Qis.

Akhir-akhir ini, panas rasanya punggung dia di rumah. Pagi-pagi, selesai solat subuh, cepat-cepat diabersiap untuk ke pejabat. Tidak seperti kelaziman, dia akan bersarapan berjemaah bersama isteri dan anak- anak.

Aduhai, penangan Qis gadis kelahiran Bumi Kenyalang benar-benar menjerat hatinya.

" Abang , Aliyah setuju dengan permintaan Abg. Tapi, Aliyah nak berjumpa dengan wanita tu," Lembut dan tenang sayup-sayup suara isterinya.

Dia tahu, Aliyah bukan seorang yang panas baran.

Aliyah terlalu sempurna, baik tetapi ahh hatinya kini sedang mengilai wanita yang jauh lebih muda.

"Bawa dia ke sini, tinggalkan dia bersama Aliyah selama 1 hari saja, boleh?" pelik benar permintaan isterinya.

Hendak dipengapakan apakah buah hatinya itu? Namun, tanpa sedar dia menganguk, tanda setuju. Sebab, dia yakin isterinya tidak akan melakukan perkara yang bukan-bukan.

Dan hakikatnya dia seharusnya bersyukur. Terlalu bersyukur. Kalaulah isterinya itu wanita lain, alamatnya perang dunia meletus lah jawabnya. Melayanglah periuk belanga. Ehhh, itu zaman dulu-dulu. Zaman sekarang ni, isteri-isteri lebih bijak.

Teringat dia kisah seorang tentera yang disimbah dengan asid, gara-gara menyuarakan keinginan untuk menambah cawangan lagi satu. Kecacatan seumur hidup diterima sebagai hadiah sebuah perkahwinan yang tidak sempat dilangsungkan. Dan dia, hanya senyuman daripada Aliyah.

"Apa, nak suruh Qis jumpa dengan isteri Abg," terjegil bulat mata Qis yang berwarna hijau.

"Kak Aliyah yang minta," masih lembut dia memujuk Qis.

"Biar betul, apa dia nak buat dengan Qis?""Takutlah Qis, silap haribulan dia bunuh Qis!" terkejut Asraf Mukmin.

"Percayalah Qis, Aliyah bukan macam tu orangnya. Abg dah lama hidup dengannya. Abg faham,"Qistina mengalih pandangannya.

Mahu apakah bakal madunya berjumpa dengannya? Dia sering disogokkan dengan pelbagai cerita isteri pertama membuli isteri kedua. Heh, ini Qistina lah. Jangan haraplah jika nak membuli aku. Desis hati kecil Qistina.

Hari ini genap seminggu Qistina bercuti seminggu. Seminggu jugalah dia merindu. Puas dicuba untuk menghubungi Qistina, namun tidak berjaya.Rakan serumah menyatakan mereka sendiri tidak mengetahui ke mana Qistina pergi.

Genap seminggu juga peristiwa dia menghantar Qistina untuk ditemuduga oleh Aliyah. Sedangkan dia diminta oleh Aliyah bermunajat di Masjid Putra. Di masjid itu, hatinya benar-benar terusik. Sekian lamanya dia tidak menyibukkan dirinya dengan aktiviti keagamaan di masjid Putra.Dulu, sebelum dia mengenali Qistina, saban malam dia akan bersama dengan Aliyah serta anak-anaknya, berjemaah dengan kariah masjid. Kemudian menghadiri majlis kuliah agama. Membaca AlQuran secara bertaranum itu adalah kesukaannya. Namun, lenggok Qistina melalaikannya. Haruman Qistina memudarkan bacaan taranumnya. Hatinya benar-benar sunyi. Sunyi dengan tasbih, tasmid yang sering dilagukan.Seharian di Masjid Putra, dia cuba mencari dirinya, Asraf Mukmin yang dulu. Asraf Mukmin anak Imam Kampung Seputih. Asraf Mukmin yang asyik dengan berzanji. Menitis air matanya.Hatinya masih tertanya-tanya, apakah yang telah terjadi pada hari itu.

Aliyah menunaikan tanggungjawabnya seperti biasa. Tiada kurangnya layanan Aliyah. Mulutnya seolah-olah terkunci untuk bertanya hal calon madu Aliyah.Tit tit... sms menjengah masuk ke kantung inbox hensetnya."Qis minta maaf. Qis bukan pilihan terbaik utk Abg jadikan isteri. Qis tidak sehebat kak Aliyah. Qis perlu jadikan diri Qis sehebatnya utk bersama Abg,"Dibawah hensetnya, ada sekeping sampul besar.

~~Kepada:Asraf Mukmin,Suami yang tersayang...~~

Asraf Mukmin diburu kehairanan. Sampul berwarna cokelat yang hampir saiz dengan A4 itu dibuka perlahan.

Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Pengasihani,Salam sejahtera buat suami yang tercinta, moga redhaNya sentiasa mengiringi jejak langkahmu. Abg yang dikasihi,Genap seminggu sesi temuduga yang Aliyah jalankan pada Qistina.
Terima kasih kerana Abg membawakan Aliyah seorang calon madu yang begitu cantik. Di sini Aliyah kemukakan penilaian Aliyah.

1. Dengan ukuran badan ala-ala model, dia memang mengalahkan Aliyah yang sudah tidak nampak bentuk badan. Baju-bajunya memang mengikut peredaran zaman. Tapi, Aliyah sayangkan Abg.Aliyah tak sanggup Abg diheret ke neraka kerana menanggung dosa. Sedangkan dosa Abg sendiri pun, masih belum termampu untuk dijawab di akhirat sana , apatah lagi Abg nak menggalas dosa org lain. Aliyah sayangkan Abg...

2. Aliyah ada mengajak dia memasak. Memang pandai dia masak, apatah lagi western food. Tapi, Aliyah sayangkan Abg. Aliyah tahu selera Abg hanya pada lauk pauk kampung. Tapi tak tahulah pula Aliyah kalau-kalau selera Abg sudah berubah. Tapi, Aliyah masih ingat lagi, masa kita sekeluarga singgah di sebuah restoran western food, Abg muntahkan semua makanan western food tu. Lagi satu, anak-anak kita semuanya ikut selera ayah mereka. Kesian nanti, tak makan la pula anak- anak kita. Aliyah sayangkan Abg...

3. Aliyah ada mengajak dia solat berjemaah. Kelam kabut dibuatnya. Aliyah minta dia jadi Imam. Yelah,nanti dia akan menjadi ibu pada zuriat Abg yang lahir, jadinya Aliyah harapkan dia mampu untuk mengajar anak-anak Abg nanti untuk menjadi imam dan imamah yang beriman. Tapi, kalau dia sendiri pun kelam kabut memakai telekung... Aliyah sayangkan Abg...

Abg yang disayangi,Cukuplah rasanya penilaian Aliyah. Kalau diungkap satu persatu, Aliyah tak terdaya. Abg lebih memahaminya. Ini penilaian selama 1 hari, Abg mungkin dapat membuat penilaian yang jauh lebih baik memandangkan Abg mengenalinya lebih dari Aliyah mengenalinya.

Abg yang dicintai,Di dalam sampul ini ada borang keizinan berpoligami. Telah siap Aliyah tandatangan. Juga sekeping tiket penerbangan MAS ke Sarawak. Jika munajat Abg di Masjid Putra mengiayakan tindakan Abg ini, ambillah borang ini, isi dan pergilah kepada Qistina. Oh ya, lupa nak cakap, Qistina telah berada di sawarak. Menunggu Abg... Aliyah sayangkan Abg... Tetapi jika Abg merasakan Qistina masih belum cukup hebat untuk dijadikan isteri Abg, pergilah cari wanita yang setanding dengan Aliyah...Aliyah sayangkan Abg. Tetapi, jika Abg merasakan Aliyah adalah isteri yang hebat untuk Abg.. tolonglah bukakan pintu bilik ni.Aliyah bawakan sarapan kegemaran Abg, roti canai.. air tangan Aliyah.

~~Salam sayang,Aliyah Najihah binti Mohd Hazery~~

Tangannya pantas membuka pintu biliknya. Di situ berdiri Aliyah Najihah bersama-sama hidangan sarapan pagi kegemarannya. Dia tersenyum! Benar, tiada isteri sehebat Aliyah isterinya!!! !!