Wednesday, 16 December 2015

Ini aku.....

Saya orangnya sederhana, beda sama mantan kamu.
Jadi kalau kamu benar cinta, cintai apa sederhananya saya.

Serius atau tidak, bisa kamu lihat dari caraku mempertahankan mu.

Bahu dan pundakku sengaja Tuhan ciptakan sempurna untuk tempatmu bersandar.

Inginku melupakan, tak sebesar inginku untuk mengingat. Wajar saja aku susah lupa.

Jauh-jauh sebelum menjatuhkan harapan, belajarlah tentang diabaikannya sebuah harap terlebih dahulu.

Rindu ini tak tau cara 'bertamu' yang baik. Datang seenaknya, pergi pun enggan.

Sederhana saja, berhentilah berpura baik-baik saja. Sedihmu, sedihku juga.

Sekiranya senyum kamu itu candu, sungguh tidak menjadi masalah bagiku.

Sampai bertemu di masa depan, di mana tiba saatnya kita benar-benar dipersatukan.

Panggil aku egois. Terutama tentang kamu, yang tentunya tidak ingin aku bagi dengan orang lain.

Mataku terpejam, tapi pikiranku tidak. Semuanya masih sama; tentang kamu.

Kebahagiaanku kupikir cukup. Setelah menemukan, dan kemudian mencintaimu sedalam-dalamnya.

Begitulah rasanya berharap. Jenuh menunggu, namun enggan meninggalkan.

Kepada kamu pencipta rinduku, tak pernah menyesal merindukanmu. Meski tak sedikitpun berbalas, aku baik-baik saja.

Aku memang bukan yang terbaik, tapi kamu beruntung jatuh cintanya sama orang yang tepat; Aku.

Sebut saja aku persinggahan. Pelabuhan hatimu dimana tidak ada keinginan untukmu menetap disini.

Dari kejauhan, aku terfikir akan kamu yang sebelumnya dibahagiakan olehnya. Seseorang sebelum aku.

Jika di akhir penantian kenyataan tidak sesuai dengan harapan, coba diingat.. Mungkin, kita salah dalam memulai.

Sebagai seseorang yang pernah kamu peluk, aku tidak rela jika dia juga tahu bagaimana rasanya kamu peluk.

Aku suka caramu bercerita tentang betapa tidak pentingnya masa lalumu.

Panggil aku bodoh. Jika aku memilih hidup bahagia, tapi bukan dengan kamu.

Rinduku tidak pernah tidur. Kepalaku, penuh tentang kamu.

Jangan tanya kenapa aku bisa sayang, tanya diri kamu kenapa begitu pantas aku bahagiakan.

Jemari ini rindu genggaman jemari lain. Jemarimu.

Apa sebab saya susah lupa? Luka yang kamu buat, terlalu sempurna.

Rindu lebih tidak mengenal durasi. Yang baru saja bertemu, mudah sekali dilanda rindu lagi.

Tentang rindu, kesabaranku tidak berfungsi dengan baik.

Bukan tentang mempertahankan orang yang salah. Tapi mungkin ada yang salah dari caramu mempertahankan.

Tuhan, tolong beri pengertian ke bahagiaku yang sekarang; jika saya dan masa lalu saya sudah selesai.

Saya suka hujan. Sebagai penanda 'kita' pernah ada.

Hujan aku anggap sebagai panggung kita dalam berpelukan. Sayangnya, peluk itu belum pernah kita mainkan.

Ketika aku bangun pagi, aku memikirkan kamu dan beberapa kemungkinan kapan sekiranya senyum kamu bisa aku nikmati langsung.

Aku mengerti aku siapa, sekadar pemilik hati yang hanya bisa mengagumi dari kejauhan.

Kekuranganku memang seharusnya kamu lengkapi. Kekuranganmu, sebisa mungkin aku lengkapi.

Kesetiaan akan hebat jika kamu tak pernah merubahnya

9 comments: